Rabu, 09 Januari 2008

Diklat Bahasa Inggris Guru SD

PENDIDIKAN DAN PELATIHAN (DIKLAT) BAHASA INGGRIS GURU SD MELALUI SISTEM JARAK JAUH:
Reinventing Pengembangan Kompetensi Guru SD
Berbasis Belajar Mandiri (Independent Learning Based)
Oleh: Sudirman Siahaan*)
Fathur Rohim**)


ABSTRACT

Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Bahasa Inggris Guru Sekolah Dasar Sistem Belajar Jarak Jauh bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan guru Sekolah Dasar (SD) dalam mengelola pembelajaran bahasa Inggris. Program ini merupakan pendidikan dalam jabatan (in-service training) yang proses pembelajarannya menggunakan pendekatan Sistem Belajar Jarak Jauh (SBJJ). Melalui sistem ini, para guru tidak perlu meninggalkan tugas pokok sehari-hari. Diklat Jarak Jauh bahasa Inggris ini menggunakan bahan belajar mandiri cetak (modul) yang dilengkapi dengan media audio dan video; sedangkan strategi pembelajarannya sebagian besar dilakukan peserta didik secara mandiri disertai tutorial tatap muka secara terbatas. Kompetensi yang akan dicapai melalui sistem ini setara dengan Diklat tatap muka yang telah dikembangkan oleh Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (P4TK Bahasa) secara berjenjang (dasar, lanjut, menengah, dan tinggi). Diklat Jarak Jauh bahasa Inggris guru SD ini merupakan program kerjasama P4TK Bahasa dengan Pustekkom yang bertujuan untuk (1) mempersiapkan guru SD mengajarkan bahasa Inggris dan sekaligus juga untuk (2) meningkatkan mutu pembelajaran bahasa Inggris di Sekolah Dasar. Hal ini dilandasi pemikiran bahwa pembelajaran bahasa asing akan lebih baik apabila dilaksanakan sejak dini. Selain itu, adanya kesadaran masyarakat akan pentingnya peranan bahasa Inggris sebagai alat komunikasi, terutama di daerah tujuan wisata dan industri penanaman modal asing. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Inggris pada satuan pendidikan SD merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat ditunda lagi. Artikel ini mencoba mendeskripsikan perkembangan kegiatan Diklat dan berbagai pengalaman dalam penyelenggaraannya.



----------------
*) Sudirman Siahaan adalah tenaga fungsional peneliti bidang pendidikan pada Pustekkom-Depdiknas.
**) Fathur Rohim adalah tenaga widyaiswara pada Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bahasa (P4TK Bahasa).
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Belajar bahasa Inggris bagi young learners merupakan sesuatu yang amat krusial untuk dipahami dengan baik. Kondisi krusial itu bukan hanya karena sifat pengajaran untuk young learners yang memang berbeda dari adult learner tapi juga karena umur yang masih muda itu merupakan masa emas untuk belajar bahasa. Kesadaran tentang kedua hal ini menjadi sangat penting dan relevan untuk dimengerti sebaik mungkin dalam menjalankan strategi pengembangan dan pelatihan bahasa Inggris bagi guru Sekolah Dasar (SD) sehingga implementasinya memang memiliki sense of urgency dan seriousnes dealing with the problem. Beberapa penelitian dari pakar bahasa menunjukkan sebuah harapan besar terhadap proses pembelajaran bahasa bagi siswa SD. Krashen, Long, dan Scarcella (1982) menegaskan bahwa anak-anak yang belajar bahasa asing sewaktu masih muda melalui pajanan yang natural akan memiliki capaian atau hasil proficiency yang lebih tinggi dibandingkan mereka yang mulai belajar ketika sudah dewasa. Dalam kaitan ini, beberapa SD terutama di kota-kota besar telah mengajarkan bahasa Inggris kepada siswanya. Namun, banyak guru yang ditugaskan mengajarkan bahasa Inggris bukanlah guru yang telah dipersiapkan tetapi guru yang "terpaksa" mengajar bahasa Inggris karena ditugaskan Kepala Sekolah (Panjaitan, 2007). Namun demikian proses pengajaran bahasa Inggris untuk anak-anak bukanlah hal yang mudah. Banyak tantangan yang harus dipecahkan dan dihadapi dengan penuh kesabaran dan ketelatenan yang tinggi. Issu yang sering muncul dalam pengajaran bahasa Inggris di SD adalah tentang rendahnya rasa percaya diri (self-confidence) anak-anak karena mereka masih merasa ada "jarak" dengan bahasa Inggris. Karena itu. apabila anak-anak diminta untuk membaca materi yang autentik atau semi autentik, dengan mudah mereka berpikir dan mengatakan 'saya tidak bisa bahasa Inggris' atau 'saya tidak tahu artinya'. Beberapa studi empiris menunjukkan bahwa pembelajaran dan pemerolehan bahasa asing akan lebih baik apabila dilakukan sejak usia dini. Hasil studi inilah yang telah mendorong berkembangnya pemikiran bahwa pengajaran Bahasa Inggris seyogyanya sudah dilakukan pada satuan pendidikan SD. Di samping itu, mainstream peradaban yang semakin mengglobal juga memberi tantangan tersendiri bagi dunia pendidikan. Lembaga pendidikan mempunyai tanggung jawab mempersiapkan dan menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang mampu menghadapi semua tantangan perubahan yang ada di sekitarnya yang berjalan sangat cepat. Kemampuan serta keterampilan di berbagai bidang ilmu, termasuk kemampuan berbahasa asing (terutama bahasa Inggris), serta penguasaan teknologi adalah kemampuan yang harus dikuasai oleh lulusan suatu lembaga pendidikan dalam memasuki persaingan lapangan kerja, baik domestik maupun luar negeri. Pembelajaran bahasa Inggris di SD dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan komunikatif yang memberikan perhatian secara langsung kepada empat keterampilan berbahasa. Dalam penerapan pendekatan komunikatif ini, para guru harus memiliki kemampuan berbahasa Inggris yang memadai dan memiliki berbagai keterampilan dalam menyajikan materi pelajaran, kreatif dalam menyiapkan materi pembelajaran, memanfaatkan media, menciptakan situasi dan kegiatan yang mendorong siswa berperan secara aktif. Sejauh ini, Diklat bahasa Inggris bagi guru SD secara tatap muka telah dilaksanakan oleh lembaga Diklat yang kompeten. Mengingat jumlah guru SD yang cukup banyak sekitar 1.335.086 orang (MONE, 2005), terbatasnya jumlah lembaga Diklat serta tenaga pendidik yang menyelenggarakan sistem Diklat tatap muka menyebabkan panjangnya rentang waktu yang diperlukan untuk menyiapkan guru SD yang kompeten dalam melaksanakan pembelajaran bahasa Inggris. Kondisi ini masih ditambah lagi dengan masalah kualifikasi guru SD yang sebagian besar memiliki latar belakang pendidikan non bahasa Inggris dan berstatus guru kelas. Tantangan besar yang sedang dihadapi oleh Depdiknas saat ini adalah implementasi Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan khususnya yang berkaitan dengan penguasaan 4 (empat) kompetensi oleh guru yaitu kompetensi pedagogi, profesional, sosial dan kepribadian serta peningkatan kualifikasi pendidikan guru minimal Srata-1 (S-1) atau Diploma-4 (D4). Upaya penguasaan 4 kompetensi tersebut oleh guru dapat dilakukan melalui Diklat berjenjang berbasis kompetensi dengan sistem tatap muka atau jarak jauh. Salah satu upaya yang ditempuh untuk meningkatkan kompetensi bahasa Inggris bagi guru SD adalah dengan menyelenggarakan Diklat dalam jabatan ( in-service training) dengan sistem jarak jauh yang memungkinkan menjangkau wilayah yang lebih luas serta sasaran yang lebih banyak. Sarana yang memungkinkan terselenggaranya pemerataan akses pendidikan adalah melalui sistem Diklat jarak jauh dengan memanfaatkan teknologi pembelajaran, seperti: video conference, audio conference, e-learning, atau CD interactive. Sistem ini memberi peluang dan kemudahan untuk terjadinya transaksional didaktik antara peserta Diklat jarak jauh dengan fasilitator/tutor maupun dengan teman seprofesi dalam suasana belajar yang lebih fleksibel tanpa terikat waktu dan tempat.
2. Hakikat Pendidikan Jarak Jauh
Karakteristik utama Diklat Sistem Jarak Jauh (PJJ) yang banyak dikemukakan para ahli, antara lain adalah adanya keterpisahan antara peserta Diklat dengan pengajar/ fasilitator serta adanya pemanfaatan beragam media (Keegan, 1991). Peserta Diklat jarak jauh dituntut untuk mampu belajar atas prakarsa sendiri dengan memanfaatkan berbagai media belajar yang ada, baik media cetak maupun non-cetak. Peserta Diklat juga dapat berkomunikasi dengan institusi penyelenggara/pengelola/pengembang Diklat jarak jauh dengan menggunakan berbagai media, baik melalui surat, telepon, faksimili, surat elektronik (e-mail), maupun secara tatap muka. Institusi penyelenggara Diklat jarak jauh mengharapkan peserta Diklatnya agar dapat bersikap mandiri (independen), baik dalam mengatur waktu belajar, memahami bahan ajar, maupun dalam memperoleh informasi yang berkaitan dengan proses pembelajarannya. Di lain pihak, penelitian menunjukkan bahwa tidak semua peserta Diklat jarak jauh adalah peserta dewasa yang bermotivasi tinggi dan dapat mengatur waktu belajarnya sendiri. Dengan demikian, tidak realistis untuk mengharapkan peserta Diklat siap belajar mandiri sepenuhnya pada saat baru mulai menempuh Diklat jarak jauh. Bimbingan yang diberikan pada saat sebelum guru/calon peserta Diklat jarak jauh mendaftar dan pada tahap awal studi tampaknya dapat membantu mereka merencanakan kegiatan belajar sehingga dapat belajar dengan sukses (Robinson, 1995; Reid, 1975). Dengan demikian, institusi penyelenggara Diklat, selain harus menyediakan informasi lengkap mengenai program yang ditawarkan, dipandang perlu untuk memberikan bimbingan perencanaan akademik serta bimbingan belajar pada kegiatan tatap muka (tutorial).
3. Layanan Bantuan Belajar
Mengingat sangat beragamnya kondisi peserta Diklat jarak jauh ini, baik dari segi usia, tingkat pendidikan, kesiapan dalam belajar mandiri, kemampuan belajar, maupun fasilitas belajar yang dimiliki, maka institusi pengelola/penyelenggara dalam hal ini dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota dan LPMP harus memfasilitasi dan memberikan layanan bantuan belajar bagi guru peserta Diklat jarak jauh. Layanan bantuan belajar oleh widyaiswara bahasa Inggris atau instruktur yang ditunjuk oleh Pemerintah Daerah setempat membuat Diklat Sistem Jarak Jauh lebih manusiawi dalam membantu setiap peserta mencapai tujuan belajarnya. Diklat jarak jauh mempunyai 2 (dua) sistem operasional yang khas, yaitu subsistem pengembangan bahan ajar dan subsistem layanan bantuan belajar bagi peserta Diklat. Pengembangan bahan ajar mutlak diperlukan untuk terjadinya proses pengajaran, sedangkan layanan bantuan belajar diperlukan untuk membantu terlaksananya proses belajar peserta Diklat (Keegan,1991).
4. Konsepsi Pembelajaran Bahasa Inggris Sistem Jarak Jauh
Tujuan pembelajaran bahasa Inggris di SD adalah agar siswa SD menguasai 4 (empat) keterampilan berbahasa Inggris (menyimak, berbicara, membaca dan menulis) dalam berbagai konteks berdasarkan tingkat perkembangan dan minat siswa SD.
Ruang lingkup mata pelajaran bahasa Inggris SD meliputi:
a. Keterampilan berbahasa Inggris sederhana tingkat dasar.
b. Memakai unsur-unsur bahasa Inggris tingkat dasar yang mencakup tata bahasa, kosa kata, lafal, dan ejaan .
c. Aspek budaya yang terkandung dalam ekspresi bahasa Inggris dalam berbagai macam teks lisan dan tertulis.
Pengajaran bahasa Inggris di SD dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan komunikatif yang memberikan perhatian yang seimbang kepada empat keterampilan berbahasa.
Pendekatan komunikatif ini menekankan pada prinsip-prinsip pembelajaran sebagai berikut:
a. Siswa mengetahui tujuan dan kegunaan dari setiap kegiatan yang dilakukan .
b. Penyajian empat keterampilan berbahasa Inggris secara terpadu seperti dalam kehidupan nyata.
c. Kegiatan pembelajaran menciptakan situasi yang mendorong terjadinya komunikasi dan interaksi.
d. Kegiatan pembelajaran disesuaikan dengan kebutuhan siswa, pengalaman, minat, tata nilai, dan masa depan siswa sehingga lebih bermakna.
e. Kegiatan pembelajaran memberi kesempatan kepada siswa untuk menggunakan empat keterampilan berbahasa Inggris dalam kehidupan sehari- hari.
f. Pengembangan empat keterampilan berbahasa Inggris didukung oleh pembelajaran unsur-unsur bahasa yaitu struktur, fungsi, kosakata, lafal dan ejaan yang dilaksanakan secara terpadu dalam konteks yang bermakna.
Dalam penerapan pendekatan komunikatif, para guru dituntut untuk memiliki kemampuan berbahasa Inggris yang memadai dan memiliki berbagai keterampilan dalam menyajikan materi pelajaran Bahasa Inggris secara komunikatif. Untuk itu, guru SD yang mengikuti Diklat Jarak Jauh hendaknya kreatif dalam menyiapkan bahan ajar, memanfaatkan media, menciptakan situasi dan kegiatan yang mendorong siswa menggunakan bahasa Inggris yang dipelajarinya. Atas dasar pertimbangan perlunya pembelajaran Bahasa Inggris di SD, tujuan, ruang lingkup, serta prinsip-prinsip pembelajaran Bahasa Inggris di SD seperti tersebut di atas, maka para guru SD harus disiapkan melalui pendidikan dan pelatihan berjenjang (dasar, lanjut, menengah, dan tinggi) mata pelajaran Bahasa Inggris bagi guru SD dengan sistem jarak jauh.
5. Tujuan Penyelenggaraan Diklat Jarak jauh
Secara umum, penyelenggaraan Diklat Bahasa Inggris Guru SD Sistem Jarak Jauh bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan guru sekolah dasar dalam melaksanakan pembelajaran bahasa Inggris sesuai dengan standar kompetensi yang berlaku.
Secara khusus, tujuan yang akan dicapai adalah agar peserta mampu:
a. menguasai empat keterampilan dasar berbahasa Inggris (menyimak, berbicara, membaca dan menulis);
b. menyusun perangkat pembelajaran sesuai dengan GBPP/silabi;
c. memilih dam memanfaatkan sumber belajar yang tepat dalam kegiatan pembelajaran;
d. mengembangkan media pembelajaran yang sederhana sesuai kebutuhan;
e. memilih dan melaksanakan strategi pembelajaran yang tepat;
f. mengelola pembelajaran sehingga tercipta iklim belajar yang menyenangkan;
g. melaksanakan evaluasi proses dan hasil pembelajaran; dan h. melaksanakan program remedial dan pengayaan bagi siswa yang dibimbingnya.
B. Pelaksanaan Diklat Bahasa Inggris Guru SD Sistem Jarak Jauh
1. Program Diklat
Program Diklat bahasa Inggris bagi guru SD sistem jarak jauh tingkat dasar setara dengan Diklat tingkat dasar sistem tatap muka pola 140 jam pelajaran selama 6 bulan (minimal 6 kali kegiatan tutorial/layanan bantuan belajar). Sampai dengan tahun 2007, program ini telah memiliki dua angkatan yang masing-masing angkatan mencakup 10 provinsi. Tahun 2008 diproyeksikan dapat dikembangkan di 13 provinsi lainnya sehingga pada akhirnya Diklat ini akan mencakup ke 33 provinsi di Indonesia.
Ada 4 tingkat yang dirancang untuk dilaksanakan, yaitu
(a) tingkat dasar (basic level),
(b) tingkat lanjutan (pre-intermediate level),
(c) tingkat menengah (intermediate level), dan
(d) tingkat tinggi (advanced level).
Kompetensi yang diharapkan dari tingkat dasar dan lanjutan adalah bahwa guru mampu menyelenggarakan proses pembelajaran bahasa Inggris yang komunikatif, menyenangkan, produktif, dan bermakna. Selanjutnya, pada tingkat menengah, peserta Diklat lebih dipersiapkan untuk menjadi pelatih/instruktur bagi guru lain di Kelompok Kerja Guru (KKG) masing-masing dan menjadi extended resources bagi program Diklat bahasa Inggris ke depan. Pada Diklat tingkat tinggi, peserta fokus pada pencapaian tingkat kompetensi yang lebih tinggi dengan menggunakan external benchmarking; benchmarking dalam proficiency menggunakan TOEFL dan IELTS sedangkan benchmarking untuk pembelajaran menggunakan TKT (Teaching Knowledge Test).
Setiap siklus implementasi Diklat ini meliputi:
a. Umum
1) Uji Kompetensi calon peserta Diklat.
2) Pelatihan/orientasi tutor.
3) Pelatihan/orientasi pengelola.
4) Penyuluhan dan publikasi.
5) Penyusunan bahan-bahan belajar.
6) Penerimaan peserta Diklat.
7) Orientasi belajar dan pembagian bahan-bahan belajar.
b. Kurikulum/Pembelajaran
1) Kegiatan belajar mandiri dan kelompok.
2) Kegiatan belajar tutorial tatap muka.
3) Bimbingan belajar individual.
c. Layanan bantuan peserta
1) Layanan Administrasi.
2) Layanan Akademis.
3) Layanan Individual.
d. Evaluasi hasil belajar
1) Melaksanakan Tes Akhir Modul.
2) Tugas Mandiri.
3) Praktek Mengajar.
4) Melaksanakan Tes Tengah Semester.
5) Melaksanakan Tes Akhir Semester.
6) Evaluasi Akhir Program.
7) Pengumuman Kelulusan.
8) Pemberian Sertifikat.
2. Sasaran Pusat Pengembangan
Penataran Guru Bahasa yang sekarang telah berubah berdasarkan Permendiknas Nomor 8 tahun 2007 menjadi Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bahasa (PPPPTK Bahasa atau P4TK Bahasa) Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan telah mengembangkan dan melaksanakan Diklat bahasa Inggris bagi guru SD dengan sistem jarak jauh sejak tahun 2004 bekerjasama dengan Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan (Pustekkom) berdasarkan Nota Kesepakatan Kerjasama Nomor 0665/C11/PP/2004 dan Nomor 0635/C6/LL/2004 pada tanggal 25 Agustus 2004 (Pustekkom dan P3G Bahasa).
Angkatan pertama Diklat tingkat dasar dimulai pada tahun 2004 dengan 10 daerah perintisan, yaitu:
a. Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara,
b. Kota Jambi, Jambi,
c. Kabupaten Solok, Sumatera Barat,
d. Kota Pekanbaru, Riau
e. Kota Bandung, Sumatera Barat,
f. Kota Surabaya, Jawa Timur,
g. Kota Bontang, Kalimantan Timur,
h. Kota Mataram, NTB,
i. Kota Depasar, Bali, dan
j. Kota Tomohon, Sulawesi Utara.
Angkatan kedua Diklat tingkat dasar dimulai pada bulan Juni tahun 2007 di 10 propinsi baru, yaitu:
a. Kota Bandar Lampung, Lampung,
b. Kota Pangkal Pinang, Bangka Belitung,
c. Kota Palembang, Sumatera Selatan,
d. Kota Semarang, Jawa Tengah,
e. Kota Makasar, Sulawesi Selatan,
f. Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah,
g. Kota Pontianak, Kalimantan Barat,
h. Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur,
i. Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan,
j. Kota Kendari Sulawesi Tenggara.
Selama masa perintisan, jumlah peserta Diklat per propinsi dibatasi hanya 20 orang yang penentuannya didasarkan atas hasil seleksi uji kompetensi di masing-masing daerah. Diklat jarak jauh yang dikembangkan ini pada prinsipnya mengacu dan setara dengan standar kompetensi Diklat berjenjang berbasis kompetensi yang dilaksanakan dengan sistem tatap muka, yaitu tingkat dasar, lanjut, menengah, dan tinggi.
Perintisan Diklat jarak jauh dilaksanakan secara bertahap untuk 3 (tiga) angkatan dengan jadwal sebagai berikut:
Tabel 1 (ada masalah ttp akan diusahakan tersedia) Penyelenggaraan Sistem Diklat Berjenjang Berbasis Kompetensi Bahasa Inggris Bagi Guru SD Sistem Jarak Jauh Angkatan Pertama (2005–2008) di 10 Propinsi
Tabel 2 (ada masalah ttp akan diusahakan tersedia) Penyelenggaraan Sistem Diklat Berjenjang Berbasis Kompetensi Bahasa Inggris Bagi Guru SD Sistem Jarak Jauh Angkatan Pertama (2007–2010) di 10 Propinsi
Tabel 3 (ada masalah ttp akan diusahakan tersedia) Penyelenggaraan Sistem Diklat Berjenjang Berbasis Kompetensi Bahasa Inggris Bagi Guru SD Sistem Jarak Jauh Angkatan Pertama (2008–2011) di 13 Propinsi
3. Mekanisme Penyelenggaraan Diklat
Tahap-tahapan kegiatan Diklat yang ditempuh adalah sebagai berikut:
a. Tahap Persiapan
1) Analisis Kebutuhan Diklat.
2) Penyusunan Model/Desain Diklat.
3) Pengembangan Kurikulum/Silabi Diklat.
4) Penyusunan Kisi-Kisi dan Perangkat Evaluasi.
5) Penyusunan Petunjuk Pelaksanaan.
6) Pengembangan Bahan Belajar (media cetak dan non cetak).
7) Uji Coba Bahan Belajar.
8) Sosialisasi Program.
9) Studi Kelayakan.
10) Pendataan/Pendaftaran calon peserta sesuai dengan kriteria.
11) Uji Kompetensi.
12) Pengumuman Calon Peserta Diklat.
13) Pelatihan Tenaga Pengelola di tingkat propinsi dan kabupaten.
14) Pelatihan Tutor Inti dan Tutor Pendamping.
15) Penggandaan dan Pengiriman Bahan Belajar.
16) Temu Karya Nasional.
b. Tahap Pelaksanaan
1) Temu karya dan launching program Diklat di masing-masing daerah.
2) Tutorial dan layanan bantuan belajar minimal 6 (enam) kali selama 6 bulan untuk setiap jenjang Diklat di LPMP atau Dinas Pendidikan Propinsi/ kabupaten/kota.
3) Belajar mandiri dan atau kelompok.
4) Simulasi dan praktik mengajar.
5) Evaluasi formatif.
c. Tahap Pengendalian dan Sertifikasi
1) Evaluasi hasil belajar (sumatif).
2) Pemantauan dan monitoring.
3) Evaluasi program Diklat.
Peserta yang memenuhi standar kompetensi kelulusan akan memperoleh Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan (STTPP) dan berhak untuk mengikuti Diklat jenjang berikutnya. Sedangkan bagi peserta yang belum berhasil akan diberikan Surat Keterangan telah mengikuti Diklat.
4. Tim Pengembang dan Pengelola
Tim Pengembang Pusat adalah P4TK Bahasa dan Pustekkom. Sedangkan Tim Pengelola/Penyelenggara Daerah adalah Dinas Pendidikan Provinsi/Kabupaten/Kota dan LPMP serta Balai Tekkom (bagi Provinsi yang ada Balai Tekkom-nya).
a. Tugas dan Tanggung Jawab Tim Pengembang dan Pengelola Pusat
1) Melaksanakan studi kelayakan;
2) Melaksanakan uji kompetensi;
3) Menyusun disain Diklat tingkat dasar, lanjut, menengah, dan tinggi;
4) Mengembangkan bahan belajar (media cetak dan non cetak);
5) Mengembangkan perangkat evaluasi hasil belajar;
6) Menyusun petunjuk pelaksanaan/Standar Prosedur Operasional;
7) Melaksanakan pelatihan tutor dan tim pengelola teknis di daerah;
8) Pemantauan dan pembinaan;
9) Melaksanakan evaluasi akhir program dan menentukan kelulusan;
10) Menggandakan bahan belajar yang berupa media cetak dan non cetak (pada masa uji coba); dan
11) Mendistribusikan bahan belajar kepada peserta Diklat.
b. Tim Penyelenggara/Pengelola Daerah
1) Menetapkan calon peserta Diklat sesuai kriteria;
2) Melaksanakan evaluasi modul, tugas mandiri dan praktik mengajar;
3) Memfasilitasi kegiatan tutorial (tempat tutorial, pengadaan tutor, dan penyediaan peralatan pemanfaatan media);
4) Melatih tutor pendamping di daerah;
5) Mencetak dan menandatangani STTPL;
6) Mengkoordinasikan kegiatan evaluasi akhir program; dan
7) Menyebarluaskan model Diklat.
c. Tenaga Tutor
Pembekalan terhadap tutor dilakukan oleh Tim Pengembang dan Pengelola Pusat. Para widyaiswara/instruktur bahasa Inggris yang diusulkan oleh Kepala LPMP atau Kepala Dinas Pendidikan Provinsi diundang oleh Tim Pengembang dan Pengelola Pusat ke P4TK Bahasa untuk mengikuti lokakarya pembekalan para tutor Diklat jarak jauh.
Lokakarya ini menghasilkan
(1) Standard Prosedur Operasional (SOP),
(2) jadwal tutorial, dan
(3) program tutorial.
5. Pelaksanaan Diklat Tingkat Dasar
Secara umum, penyelenggaraan Diklat tingkat dasar angkatan pertama berjalan cukup baik. Dari 200 orang peserta Diklat, yang memenuhi syarat untuk mengikuti evaluasi hasil belajar (EHB) akhir hanya 176 orang. Dari peserta yang mengikuti EHB, hanya 80% atau 140 orang yang berhasil lulus tingkat dasar dan berhak mengikuti Diklat tingkat lanjut. Kendala yang dihadapi dalam penyelenggaraan Diklat lebih pada masalah komitmen tim pengelola di daerah (propinsi/kabupaten/kota) dan teknis operasional dalam pelaksanaan tutorial. Oleh karena itu, perlu peninjauan kembali format Kesepakatan Kerjasama (MOU) dengan tim pengelola dalam hal ini Dinas Pendidikan Propinsi/Kabupaten/Kota dan LPMP serta Balai Tekkom. Kolaborasi yang sangat dinamis ini hendaknya menjadi komitmen bersama agar program penyelenggaraan Diklat jarak jauh dapat berkesinambungan dan mencapai hasil yang optimal. Untuk memfasilitasi Diklat sistem jarak jauh ini dan sebagai implikasi dari kebijakan tersebut, P4TK Bahasa bekerjasama dengan Pustekkom dalam:
a. Penyusunan perangkat lunak untuk program, yang mencakup:
(1) audio conferencing,
(2) videobroadcasting, dan
(3) videoconferencing.
b. Penulisan modul cetak Diklat bahasa sistem jarak jauh.
c. Penyelenggaraan tutorial on-line dan mailing-list.
d. Pengembangan bahan ajar suplemen berbasis Web.
e. Pengisian program tutorial dan program inovasi bahasa melalui TV Edukasi.
Sebagai langkah awal, PPPG Bahasa, Pustekkom, LPMP, dan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota di sepuluh provinsi telah sepakat untuk menyelenggarakan perintisan dan pengembangan model Diklat bahasa Inggris guru SD sistem jarak jauh pada tahun 2004. Kesepuluh provinsi yang dimaksud dapat dilihat pada Tabel 1. Diklat Jarak Jauh ini menggunakan sistem berjenjang, yaitu dari tingkat dasar (elementary), lanjutan (pre-intermediate), menengah (intermediate), sampai dengan tingkat tinggi (advanced). Diklat tingkat dasar angkatan pertama telah dilaksanakan pada tahun 2005-2006 di 10 provinsi tersebut yang berlangsung selama 6 (enam) bulan, yaitu dimulai pada bulan September 2005 hingga bulan Februari 2006 dengan jumlah peserta seluruhnya 200 guru (20 orang per provinsi). Sedangkan Diklat tingkat lanjutan angkatan pertama dimulai pada bulan September 2006 dan berakhir sampai dengan Februari 2007 selama 6 bulan dengan 6 kali tutorial tatap muka (tutorial tatap muka dilaksanakan sebulan sekali). Kegiatan tutorial tatap muka dibina oleh tutor daerah yang telah dipersiapkan melalui koordinasi Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan LPMP setempat. Pada tahun 2007 ini, secara simultan akan dilakukan perluasan Diklat tingkat dasar angkatan kedua di 10 provinsi yang lain. Dalam mengimplementasikan Diklat ini, kendala yang dirasakan di daerah adalah adanya beberapa LPMP yang masih belum sepenuhnya menunjukkan dukungan terhadap keberhasilan pelaksanaan kegiatan Diklat jarak jauh ini. Kunci suksesnya Diklat bahasa Inggris sistem jarak jauh ini adalah adanya koordinasi yang erat dari seluruh stakeholder yaitu antara LPMP, Guru, dan Dinas Pendidikan di tingkat daerah, serta dengan P4 TK Bahasa dan Pustekkom di tingkat pusat. Dalam jangka panjang, Diklat jarak jauh ini direncanakan akan menggunakan slot di TVE untuk mendukung penyampaian materi tutorial Diklat jarak jauh. Penggunaan media pembelajaran audio dan video yang sudah ada sekarang ini akan terus ditingkatkan dengan variasi multimedia serta pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Ada beberapa catatan untuk refkesi, yaitu: a. Peran Direktorat Jenderal PMPTK sangat dibutuhkan untuk melakukan koordinasi dan arahan terhadap LPMP sehingga memberikan dukungan yang penuh terhadap kegiatan Diklat Jarak Jauh. Dukungan LPMP ini diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk tersedianya alokasi dana pada mata anggaran DIPAnya. Dengan demikian, dukungan LPMP sebagai lembaga di daerah yang paling dekat dengan kegiatan Diklat jarak jauh ini bisa lebih proaktif.
b. Perlu pengalokasian anggaran di LPMP untuk mengadakan TOT sebagai upaya untuk menyiapkan tutor yang lebih kredibel dengan jumlah memadai di setiap provinsi. Keadaan yang demikian ini akan mendukung keberhasilan penyelenggaraan tutorial sebagai bagian tak terpisahkan dari Diklat jarak jauh sehingga proses tutorial akan lebih dapat berlangsung langgeng dan layanan bantuan peserta didik dapat dilaksanakan dengan lebih baik.
c. Kunci suksesnya Diklat bahasa Inggris sistem jarak jauh ini adalah adanya koordinasi yang erat antara LPMP, Guru, dan Dinas Pendidikan di tingkat daerah, serta dengan P4TK Bahasa dan Pustekkom di tingkat pusat.
d. Penggunaan slot di TVE sebagai salah satu bentuk supporting system diperlukan untuk mendukung penyampaian materi tutorial Diklat jarak jauh.
e. Penggunaan media pembelajaran audio dan video yang sudah ada sekarang ini perlu terus dikembangkan dengan variasi multimedia serta pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi.
f. Diklat jarak jauh ini memiliki misi dan komitmen untuk mengemban amanat dari UU guru dan Dosen serta diorientasikan dengan benchmarking standar regional dan internasional. Beberapa hal yang patut dicatat dalam penyelenggaraan Diklat Bahasa Inggris Guru SD Sistem Jarak Jauh ini adalah:
1 Bali menunjukkan antusiasme yang tinggi yang ditunjukkan dari keinginan dari daerah-daerah di luar Denpasar untuk diikutsertakan dalam kegiatan Diklat Jarak Jauh.
2 Dukungan kualitas bahan belajar yang berupa produk-produk media cetak (modul), media audio dan video mendapat apresiasi dari segenap peserta Diklat.
3 Kendala yang cukup dirasakan dalam penerapan Diklat sistem jarak jauh ini adalah adanya beberapa LPMP yang masih belum sepenuhnya menunjukkan dukungan akan keberhasilan penyelenggaraan kegiatan Diklat jarak jauh.
C. Simpulan dan Saran
1. Simpulan
a. Penyelenggaraan Diklat Bahasa Inggris Guru SD Sistem Jarak Jauh mendapat respon yang positif dari para guru yang menjdai peserta Diklat karena
(1) mereka tetap dapat melaksanakan tugas utama sehari-hari mereka, yaitu membelajarkan peserta didiknya,
(2) bahan-bahan belajar yang mereka terima (bahan belajar mandiri cetak dan non cetak) dinilai sangat membantu mereka untuk memahami materi pelajaran Diklat, dan
(3) kegiatan belajar tutorial tatap muka yang diselenggarakan sekali sebulan dapat membantu mereka menyelesaikan berbagai kesulitan belajar yang mereka alami.
b. Upaya peningkatan kompetensi guru bahasa sangat besar dan membutuhkan waktu yang relatif panjang. Oleh karena itu, diperlukan strategi yang tepat untuk mengatasi masalah pemerataan dan kesempatan bagi guru bahasa yang belum mendapat layanan Diklat berbasis kompetensi. Keadaan yang demikian menjadi tantangan bagi P4TK Bahasa dan Pustekkom untuk menunjang program percepatan/akselarasi peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan (PTK) selama 10 tahun ke depan. Salah satu strategi yang dinilai potensial adalah penyelenggaraan Diklat Bahasa Inggris Guru SD Sistem Jarak Jauh.
c. Hambatan yang dirasakan paling menonjol dalam implementasi Diklat Bahasa Inggris Guru SD Sistem Jarak Jauh adalah belum bisa optimalnya pemenuhan kualitas dan disiplin timetable mengingat guru SD adalah guru kelas sehingga tidak dapat fokus pada peningkatan proficiency bahasa Inggris secara baik. Di tingkat agregratif, jumlah guru SD yang mencapai kisaran 1,3 juta membutuhkan mobilisasi sumberdaya secara besar sehingga bila tidak dijalankan secara sistematis maka akan menjadi program yang tidak ada ujungnya (never ending). Program Diklat ini merupakan upaya melakukan reinventing peningkatan kompetensi guru yang tidak melalui jalur konvensional (face-to-face training) dengan harapan dapat memberi kontribusi terhadap perbaikan dan peningkatan kompetensi guru SD khususnya dalam pembelajaran bahasa Inggris.
2. Saran-saran
a. Keberhasilan penyelenggaraan Diklat Bahasa Inggris Guru SD Sistem Jarak Jauh ini akan sangat banyak ditentukan oleh komitmen kerjasama antar berbagai lembaga, baik di tingkat pusat, di tingkat daerah (LPMP, Dinas Pendidikan Propinsi/Kabupaten/Kota, dan Balai Tekkom), dan antara pusat dan daerah. Tim pengelola daerah diharapkan mampu memfasilitasi seluruh kegiatan Diklat baik dalam hal proses, hasil, dan sosialisasi program dan hasil Diklat ini.
b. Koordinasi tim pengelola/penyelenggara daerah dan tim pengembang pusat perlu ditingkatkan agar rancangan program Diklat bahasa Inggris guru SD sistem jarak jauh ini tidak mengalami penyimpangan/distorsi dalam pelaksanaannya. Demikian juga dengan optimalisasi penyediaan layanan bantuan belajar bagi guru peserta Diklat oleh tutor melalui pemanfaatan bahan belajar yang tersedia dan atau sumber belajar lainnya yang tersedia di lingkungan.
c. Seiring dengan berbagai upaya yang telah dilaksanakan oleh Departemen Pendidikan Nasional untuk memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam pembangunan pendidikan, maka pemanfaatan TIK ini juga perlu diintegrasikan sehingga dapat menunjang penyelenggaraan Diklat Bahasa Inggris Guru SD Sistem Jarak Jauh ini.
Kepustakaan
Ministry of National Education. (2005). Indonesia: Educational Statistics in Brief 2004/2005. Jakarta: Ministry of National Education (MONE).
Keegan, D. (1991). Foundations of Distance Education. New York: Routledge.
Panjaitan, Mutiara O. (2007). "Siapkah Bahasa Inggris Diberikan kepada Siswa Sekolah dasar?" dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Tahun Ke-13 Nomor 064 Januari 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
Reid, J. Christopher dan Donald W. McLennan. (1975). Research in Instructional Television and Film. Washington, DC: U.S. Department of Health, Education and Welfare, Office of Education.
Robinson, K (1995). Visual And Auditory Modalities And Reading Recall: A Review Of The Research. (ERIC Document Reproduction Service No. ED 272 840).
Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

2 komentar:

muhammad mengatakan...

Bagaimana cara mendaftar diklat bahasa Inggris jarak jauh? terima kasih.

muhammad mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.